Pusdakota: Menuju Masyarakat Berdaya dan Berkeadilan
Jumat, 05 September 2008
Membuat Keranjang Takakura Sendiri
Proses pengomposan ala keranjang takakura merupakan proses pengomposan aeraob di mana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan keranjang berlubang, diisi dengan bahan-bahan yang dapat memberikan kenyamanan bagi mikroorganisme. Proses pengomposan metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik – idealnya sampah organik tercacah - ke dalam keranjang setiap harinya dan kemudian dilakukan kontrol suhu dengan cara pengadukan dan penyiraman air.

Alat/bahan:

No Bahan/ Alat Jumlah Satuan
1 Sekam Secukupnya
2 Pupuk ampas tebu Secukupnya
3 Mikroorganisme cair Secukupnya
4 Kompos 8 Kg
5 Sampah organik 2 KK
6 Keranjang plastik 2 unit
7 Jarum jahit 2 Buah
8 Benang nilon 1 Roll
9 Jaring 1 Meter
10 Gunting 1 Buah
11 Kertas kardus Secukupnya
12 Termometer 2 buah
13 Kain stocking 0,5 meter
14 Sprayer 1 unit
15 Bak plastik 2 buah
16 Air PDAM Sesuai kebutuhan
17 Garu kecil 1 buah


1. Siapkan bak dan isi dengan sekam secukupnya, lalu ambil mikroorganisme cair, tuangkan ke dalam sprayer.
2. Semprotkan mikroorganisme cair dengan menggunakan sprayer secara merata dengan sesekali mengaduk sekam dengan tangan.
3. Gunting jaring untuk membuat dua kantong sesuai ukuran alas dan bagian atas keranjang dengan cara menjahit bagian tepi jaring.
4. Setelah jaring berbentuk kantong, isi masing-masing kantong jaring dengan sekam secukupnya lalu jahit hingga menyerupai bantal;
5. Ambil kardus dan potong dengan menggunakan gunting sesuai ukuran sekeliling keranjang lalu tempelkam potongan kardus tadi di sekeliling bagian dalam keranjang.
6. Setelah bagian dalam keranjang terlapisi kardus, letakkan bantal sekam pada alas keranjang.
7. Semprot Microorganisme cair pada permuakaan luar dalam kardus dan bantal sekam dengan menggunakan sprayer hingga basah merata.
8. Siapkan bak lalu isi dengan kompos dan pupuk ampas tebu lalu aduk hingga merata.
9. Masukkan campuran kompos dan pupuk ampas tebu ke dalam keranjang yang sudah terlapisi kardus
10. Masukkan sampah organik segar yang sebelumnya telah dicacah terlebih dahulu, sesekali menekan sampah dengan cetok hingga sanpah berada di tengah-tengah campuran pupuk kompos dan pupuk ampas tebu;
11. Masukkan termometer sebagai alat pengukur suhu pada saat proses pengomposan.
12. Lapisi permukaan atas dengan menggunakan bantal sekam yang sudah disemprot dengan Mikroorganisme cair.
13. Setelah terlapisi dengan bental sekam, tutup bagian mulut keranjang dengan menggunakan kain stocking agar serangga kecil tidak masuk.
14. Setelah keranjang tertutup kain stocking, ambil penutup dari keranjang tersebut lalu tutup dan tekan hingga rapat dan kuat.

Catatan :
a) Pilih kain stocking yang berpori dan bahan yang awet sehingga tidak mengganggu respirasi.
b) Usahakan sampah organik masih segar dan dalam kondisi tercacah.
c) Sebaiknya sampah organik segar yang diisi setiap hari, usahakan sampah ditekan dengan cetok sampai sampah timbunan baru tidak terlihat.
d) Ganti kardus yang menjadi lapisan dalam keranjang setelah 3-6 bulan atau ketika hancur.
e) Cuci kain penutup jika dirasa kotor.
f) Bila Keranjang penuh maka 1/3 dari kompos itu dapat kita ambil dan dimatangkan di taman/kebun kita yang terlindungi dari sinar matahari selama kurang lebih 2 minggu untuk kemudian dapat digunakan sebagai pupuk kompos.
g) Keranjang Takakura dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan masyarakat. Keranjang ini dipatenkan Pusdakota Ubaya untuk menjaga kemungkinan komersialisasi pihak-pihak yang ingin mengambil keuntungan diri.
posted by keranjangtakakura @ 23.53   2 comments
Rabu, 10 Oktober 2007
Pengertian Keranjang Takakura
Keranjang Takakura merupakan alat pengomposan skala rumah tangga yang ditemukan Pusdakota bersama Pemerintah Kota Surabaya, Kitakyusu International Techno-cooperative Association, dan Pemerintahan Kitakyusu Jepang pada tahun 2005. Keranjang ini dirakit dari bahan-bahan sederhana di sekitar kita yang mampu mempercepat proses pembuatan kompos.

Satu keranjang standar dengan starter 8 kg dipakai oleh keluarga dengan jumlah total anggota keluarga sebanyak 7 orang. Sampah rumah tangga yang diolah di keranjang ini maksimal 1,5 kg per hari.


Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Berikut ini petunjuk pemakaiannya:

Jenis-jenis sampah yang diolah:


  • Sisa sayuran. Idealnya sisa sayuran tersebut belum basi.
    Namun bila telah basi, cuci sayuran tersebut terlebih dahulu, peras, lantas
    buang airnya.

  • Sisa nasi.

  • Sisa ikan, ayam, kulit telur dll.

  • Sampah buah yang lunak (anggur, kulit jeruk, apel, dan
    lain-lain). Hindari memasukkan kulit buah yang keras seperti kulit salak.

Cara kerja:
Sampah dapur yang dimasukkan di Keranjang Takakura sebaiknya dalam materi yang kecil. Semakin kecil materi, semakin mudah diuraikan. Untuk sisa sayur dan buah, potonglah kecil-kecil.
Gali starter kompos di dalam keranjang tersebut dengan cetok. Luasan dan kedalaman galian, sesuaikan dengan banyaknya sampah yang hendak dimasukkan.
Masukkan sampah pada lubang yang digali. Tusuk-tusuk sampah tersebut dengan cetok.
Timbun sampah tadi dengan kompos di tepian lubang.
Tutup kompos tersebut dengan bantalan sekam.
Tutup permukaan keranjang dengan kain.
Yang terakhir, tutuplah dengan tutup keranjang.

Catatan:
Letakkan Keranjang Takakura di tempat yang terhindar dari sinar matahari langsung.
Bila kompos kering, perciki air bersih sambil diaduk merata. Suhu ideal adalah 60 derajat celsius.

Cara Pemanenan
Bila kompos di dalam Keranjang Takakura telah penuh, ambil 1/3-nya dan kita matangkan selama seminggu di tempat yang tidak terkena sinar matahari secara langsung. Sisanya yang 2/3 bisa kita gunakan kembali sebagai starter untuk pengolahan berikutnya.

Label:

posted by keranjangtakakura @ 10.44   1 comments
Sejarah Penemuan Keranjang Takakura
Gerakan pengelolaan lingkungan yang dilakukan Pusdakota dengan Warga RW 14 Rungkut Lor Surabaya sejak tahun 2000, di samping menginspirasi berbagai pihak juga mempertemukan kami, Pusdakota dengan Pemerintah Kitakyusu Jepang dan Kitakyusu International Techno-cooperation Association (KITA).

Tahun 2005, Pusdakota menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kota Surabaya, KITA, Pemerintah Kitakyusu Jepang, di bidang riset teknologi dan pengorganisasian masyarakat.

Untuk kerjasama di bidang teknologi, kesepakatannya adalah optimalisasi teknik-teknik pengelolaan sampah yang telah dilakukan Pusdakota bersama komunitas dan optimalisasi metode-meode pengelolaan sampah yang sudah berkembang di Surabaya dengan segenap potensi yang tersedia.

Dengan riset itu Pusdakota berharap, Indonesia akan punya banyak alternatif metode untuk menangani sampah. Teknologi tersebut kami harapkan bisa diterapkan siapa pun dengan bahan baku yang mudah dan murah. Yang lebih mendasar adalah, teknologi ini diharapkan mampu memberi inspirasi tentang keterjagaan diri untuk senantiasa memberikan yang terbaik bagi lingkungan sekitar. Bukankah teknologi haruslah dimaknai lebih dari sekadar sebagai alat bantu, namun sarana kita untuk menempuh tujuan maknawi?

Penemuan Keranjang Takakura adalah citra semangat dan kerja keras kami terhadap pengelolaan sampah. Kami melakukan penelitian puluhan keranjang untuk membuat perbandingan formulasi yang paling efektif dalam mereduksi sampah, dengan puluhan kolom yang harus diisi setiap satu jam sekali selama dua bulan. Belum lagi kami harus menentukan pilihan metode yang paling sesuai sampai tiga kali.

Keranjang Takakura memang belum final dan bukan yang terbaik. Maka kami terbuka terhadap inovasi-inovasi untuk selalu menemukan yang lebih baik. Penemuan atas Keranjang Takakura saat itu tidak langsung kami sampaikan kepada masyarakat sebelum kami benar-benar menemukan kelayakannya, antara lain lewat praktik-praktik yang kami lakukan. Semua keluarga staf Pusdakota disiplin memakai dan merawat hasil kerja keras itu untuk semakin memberi penyempurnaan. Proses awal, pengolahan, perawatan, pematangan, pemanenan, hingga kemanfaatan hasil keranjang sakti akhirnya kami sepakati berdasarkan lesson learned kami.

Kenapa unit komposter ini dinamakan Takakura? Pakar Kompos Koji Takakura sangat berjasa atas penemuan teknologi ini. Sangat pantas bila Takakura dijadikan nama bagi keranjang pengomposan itu. Takakura – juga Tetsuya Ishida dari KITA -- pernah mengada bersama bahu-membahu bersama demi perbaikan lingkungan hidup.


Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket


Hak Paten

Saat kami berproses menemukan Keranjang Takakura bersama pihak Jepang, kami pun memprediksi bahwa suatu saat unit komposter ini akan menarik minat banyak orang. Tentu secara alami akan muncul persepsi sederhana dan manusiawi, kebanyakan orang sekarang tidak mau repot menciptakan sesuatu.. Kita terbiasa dengan budaya instan. Sementara Pusdakota bukan lembaga profit oriented yang mengumpulkan laba sebanyak-banyaknya untuk kepentingan organisasi. Kami pun tidak ingin keranjang sakti ini nantinya dikomersialisasikan demi keuntungan indivisu, kelompok atau lembaga tertentu.

Kami pun menemukan salah satu alternatif solusi yaitu HAKI. Untuk satu keputusan mematenkan produk ini pun kami berdebat panjang. Salah satunya adalah anggapan bahwa HAKI adalah produk kapitalisme.

Tapi toh memang produk ini hasil karya dan kerja keras kami. Dan kami diingatkan kembali oleh visi lembaga kami bahwa kami berdiri hanya untuk menjadi jembatan bagi siapa pun menuju masyarakat berdaya dan berkeadilan. Kami ingin melipatgandakan energi sosial masyarakat. Itu menjadi alasan kami mematenkan Keranjang Takakura.
Singkatnya, HAKI akan memperkecil kemungkinan pihak-pihak yang ingin mencari keuntungan materi bagi diri atau kelompok. Yang kedua, agar tidak terjadi kesalahan prinsipil terhadap penyediaan Keranjang Takakura. Soalnya, jika terjadi kegagalan, komplinnya pasti ditujukan kepada kami.

Selanjutnya adalah hal yang berkait dengan mekanisme kontrol publik yang transparan dan akuntabel terhadap penggunaan Keranjang Takakura. Kami ingin ada ukuran yang pasti tentang tingkat partisipasi masyarakat dalam mereduksi sampah, setidaknya lewat keranjang ini. Kami punya nomor register. Berapa buah keranjang ini beredar di masyarakat, kami memiliki datanya.

Pusdakota mengajukan permohonan untuk memperoleh HAKI pada 20 April 2006. Tahap pemeriksaan formalitas telah terpenuhi dengan turunnya surat bernomor H3.HC.02.Pol.012/1173, tertanggal 29 Maret 2006.

Sesungguhnya kami membuka diri bagi siapa pun yang ingin menyediakan atau memproduksi Keranjang Takakura, namun syaratnya, sistem monitoring dan karakteristik komponen di dalamnya memiliki fungsi dan kualitas yang sama atau lebih baik dengan Takakura Home Method. Beberapa jaringan kami di tingkat komunitas telah kami latih untuk melakukannya, sesuai dengan standar tersebut. Peran komunitaslah yang nantinya muncul, bukan peran individu atau golongan.

Ini juga merupakan media pembelajaran agar warga dapat menjalankan mekanisme pengelolaan sampah di wilayahnya secara mandiri. Intinya, dari waktu ke waktu besarnya partisipasi pengelolaan sampah seiring dengan meningkatnya jumlah Keranjang Takakura yang tersebar, signifikan mereduksi sampah organik yang dibuat ke TPS.
Jika sistem dijalankan dengan disiplin hasilnya pasti bagus. Alangkah indahnya bila komunitas dan kader-kader pengelola, secara rutin, mungkin pada hari lingkungan, bersamaan menyampaikan perkembangan pengelolaan sampah, kualitas dan kuantitasnya.Ini memudahkan kota untuk membuat langkah strategis dalam pengelolaan sampah pada masa mendatang. Bukankah kita telah sepakat bahwa sampah tidak dapat diatasi oleh satu pihak saja?

Untuk Keranjang Takakura, kami juga selalu membuka diri untuk pembelajaran baru. Beberapa kali teman-teman dari perguruan tinggi, bahkan siswa SMP menginovasi atau menyempurnakan Keranjang Takakura. Kami berterima kasih pada keluarga besar UNESA, ITB, UNNIBRAW, UPN, ITS, UBAYA dan NGO’s di Bali, Semarang, Tulung Agung, Semarang, Keluarga Mantan Menteri Kehutanan Jamaludin Soeryohadikusumo, PKK Kodya Surabaya dan banyak komunitas lain yang tak mungkin kami sebutkan satu persatu.. * broto

Label:

posted by keranjangtakakura @ 10.44   5 comments

Keranjang Takakura

Previous Post

Archives

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

Saling berbagi kisah inspiratif akan membuka hati dan membangkitkan pintu-pintu kreativitas. Kirimkan pengalaman Anda memakai Keranjang Takakura ataupun kisah-kisah Anda yang berhubungan dengan kepedulian terhadap lingkungan ke office@pusdakota.org.

Kisah Anda bisa kami muat di media-media terbitan kami (blog ini ataupun Majalah Pendopo)

- - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 

Shoutbox


Free shoutbox @ ShoutMix

Jumlah Kunjungan

hit counter

Partner Link

Pusdakota

UBAYA

KITA

ECOTON

Alpha Savitri

Tirta Amartya

Terranet

Cakfu

iges

YDSF

menlh

bintari

UNESCAP

togarsilaban

balifokus